skip to main | skip to sidebar
  • Home
  • Posts RSS
  • Comments RSS
  • Edit
  • Rss Post

Coretan Dimas dan Hal Gila Lainnya

Powered By Blogger

Cerita Horor di Perkemahan Cibubur

Diposting oleh Azhar Dimas A | Jumat, 23 Desember 2011 | 0 komentar |
suatu mlm, kita mau jalan ke kapel Katolik, gw lupa lokasi pastinya, yang pasti ada di turunan ke arah kampung terdekat dan sebelah kanan turunan itu ada tanah kosong.
ada beberapa orang yang jalan ama gw dan menuju ke kapel itu. kejadian sekitar jam 10 mlm gak nyadar lagi asik2 jalan, ada orang (gak keliatan jelas...soalnya rada gelap) lagi nyeret karung, gw pikir seh cuma penduduk situ, ternyata setelah mendekat itu adalah orang tanpa kepala yang lagi nyeret karung dan ada darahnya. paginya cerita cepet banget beredarnya dan akhirnya kalo mau ke kapel harus ditemenin ama pembina pramuka

dan yang keduapas

ada adek kelas gw yang kesurupan mulai dari hari pertama kita kemah ampe hari terakhir(gw kemah 3 hari 2 mlm).di coba bacain doa dia keluar bentar trus masuk lagi, dibacain doa lagi.....trus dia masuk lagi.

tuh anak yang kesurupan ampe pucat mukanya, kasian gw liatnya.

pas hari kedua kita liat ada orang dari P*S (salah satu partai) dia bilang kalo ada yang gak beres ama adek kelas gw yang kesurupan itu. katanya itu arwah wanita yang mau balas dendam dan gak terima karena dibunuh dan dia mau cari pembunuhnya.

akhir cerita hari terakhir kemah, tuh anak dah agak baikan dan udah bisa becanda lagi (pas kesurupan dia pucat banget dan pandangan matan cerem banget :O:O)

karena waktu kemah dah abis dan kita harus pulang kita pulang dah begitu sampe sekolah tuh anak kesurupan lagi dan yang masuk itu arwah cewek itu lagi

dia ternyata ngikutin anak ntu tadi, tapi gak dimasukkin.

akhirnya..bokap temen gw bisa ngeluarin dia, dan prosesnya katanya lama juga soalnya permintaan tuh arwah banyak banget (gw gak ikut waktu itu jagain anak yang lain)

karena merasa dipermainkan ama tuh arwah wanita bokap temen gw ngancem kalo tuh arwah gak keluar nanti bakalan dikurung dalam satu botol dan gak bakal dikeluarin dan bakal dibawa ke mesjid biar berurusan ama kyai disana (kayaknya tuh kyai sakti dan dah jadi sesepuh didaerah temen gw),akhirnya happy ending dah

tuh arwah cewek pergi dan tuh anak yang kesurupan dah baik.............

ternyata arwah yang ngikutin itu merasa kurang puas jalan2, selama ini dia terkurung di cibubur karena dulu dia dibuang arwahnya ama orang lain ke cibubur. makanya hati2 di CIBUBUR jangan sampe bengong barang sebentar aja

gw dengar dari pedagang disana seh banyak arwah yang dulu matinya gak wajar pada jadiin tuh daerah base camp mereka.

sory yah kalo gak seru ceritanya tapi ini kisah nyata dan gw ngalamin sendiri tapi lewat perantara orang lain
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook

Penunggu Bis Berdarah

Diposting oleh Azhar Dimas A | Kamis, 22 Desember 2011 | 0 komentar |
Adi sedang dlm perjlnan ke Jakarta dgn bis mlm.
Seorg kakek tua naik & mnawarkan buku2 pd pnumpang.
“Bukunya nak? Ada mcm2 nih. Buku silat, cinta2an, agama, dll”, ujar si
kakek.
Adi yg sdg tdk bisa tdur pun tertarik. “Ada buku horor ga kek?”
“Oh suka cerita horor ya? Kebetulan sisa satu, Pas lg ceritanya. Ttg bis
yg ditinggali byk arwah pnasaran.
Judulnya ‘PENUNGGU BIS BERDARAH”. Serem bgt pokoknya.”
“Boleh jg tuh brp harganya?”
“Rp95.000, nak”
“Wow, mahal bgt, kek”.
“Ya namanya jg buku Best seller. Smua yg baca buku ini kbrnya syok loh wkt
baca endingnya”, si kakek promosi ala salesman.
Adi pun mengalah.
Entah knp, pd saat ia serahkan uang tersebut ke kakek, tiba2 petir
menggelegar.
Angin mulai bertiup kencang.
Si kakek turun dr bis, namun tiba2 berhenti & menolehkan wajahnya pelan2
ke Adi.
“Nak”, ujarnya lirih, “apa pun yg terjadi, harap jgn buka halaman
terakhir.
Ingat, apapun yg terjadi.
Kalau tdk nanti kamu akan menyesal & saya tdk mau bertanggung jwb.”
Jantung Adi berdegup kencang. Saking takutnya, ia sampai tdk mampu
menganggukkan kepala hingga si kakek turun dr bis & menghilang ditelan
kegelapan.
Pd saat tengah mlm, Adi selesai membaca seluruh buku tersebut. Kecuali
halaman terakhir.
Dan memang benar spt yg dikatakan si kakek, buku itu bnr2 menegangkan &
menyeramkan.
Bis melaju kencang, hujan turun deras. Kilat menyambar bergantian,
terdengar suara guruh menggelegar. Adi melihat sekeliling & trnyta smua
penumpang sdh terlelap. Bulu kuduknya merinding.
“Baca halaman terakhirnya ga ya?”, pikir Adi bimbang. Antara pnasaran &
rasa takut berbaur jd satu. Di luar mlm tampak makin gelap. “Ah sdhlah,
sekalian aja. Nanggung!”
Dgn tangan gemetar ia pun membuka halaman terakhir buku tersebut secara
perlahan.
Dan akhirnya tampak lembaran kosong dgn sepotong tulisan di bagian pojok
kanan atas. Sambil menelan ludah, Adi membaca huruf demi huruf yg
tercantum:
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook

Hantu Dapur

Diposting oleh Azhar Dimas A | Sabtu, 03 Desember 2011 | 0 komentar |
Sebagaimana diyakini oleh orang banyak, bahwa hantu selalu muncul pada malam hari. Hal ini cuma untuk memunculkan suasana seram saja, padahal pada siang hari juga hantu-hantu ada. Begitu juga kejadian hantu yang bermerek Hantu Dapur ini. Peristiwa ini terjadi pada malam hari, ketika gerimis terus berguguran tak henti-henti sepanjang malam. 
Hantu Dapur seperti manusia biasa juga. Ia hidup berkelompok, dan memiliki saudaramara, alias keluarga. Ada yang dipanggil emak, ebah dan anak. Pada malam itu, di suatu rumah, hantu dapur hidup di rumah yang juga didiami oleh manusia, terdengar suara perkakas dapur berjatuhan dilempar ke lantai. Seorang atau lebih tepatnya hantu kecil jantan menangis di jendela dapur yang terbuka. Badan hantu kecil itu kurus kering, rambutnya hampir botak dan keriting. Air mata tidak putus-putus membasahi pipinya. Sementara perkakas dapur berserak di lantai. Hantu kecil itu terus saja menangis, tidak ada yang membujuknya. 

 Sesekali ia menatap perkakas dapur, lalu meraung sejadi-jadinya. “Payah, terlahir dari rahim hantu tua (maksudnya orang tua) yang miskin dan papa-kedana. Hendak makan saja susah,” hantu kecil itu bersungut sambil terus menangis. Badannya yang kurus kering bergoyang semua. Dada yang tinggal tulang-tulang berbalut kulit, bergerak cepat mengikuti irama tangisan yang keluar dari mulutnya.

Hantu kecil itu memegang perutnya. Ia tidak tahan lagi menahan lapar. Bibirnya yang kering digigit kuat-kuat, lalau ia berteriak “Aku lapaaaarrrrr!” Teriakannya keras`sekali (tentu saja teriakannya tidak terdengar oleh manusia, kalau dengar, hi…takut) menyebabkan hantu-hantu dapur jirannya terkejut dan berlarian menuju ke rumah hantu kecil itu.

Hantu-hantu dapur berkumpul di rumah hantu kecil itu dengan menggunakan penutup tubuh seadanya. Ada berkemban kain saja, ada yang memakai celana pendek tanpa baju, dan ada juga yang hanya mengenakan handuk dan sikat gigi masih di mulutnya. Hantu-hantu itu saling berpandangan, bertanya satu dengan yang lainnya. Masing-masing tidak dapat menjawab, apa yang sedang terjadi.

Salah satu hantu dapur agak muda, yang berpakaian agak rapi, dengan baju masuk ke dalam celana (mungkin mau berkunjung ke rumah pacarnya) menunjuk ke arah jendela. Hantu-hatu lain seperti dikomandoi melihat serentak ke arah jendela tersebut. Mereka melihat hantu kecil sedang menangis sambil memegang perutnya. Hantu-hantu kembali saling berpandangan. Salah satu hantu agak tua menghampiri hantu kecil itu.

“Kenapa dikau berteriak macam kemasukan manusia?” tanyanya.

“Aku lapar. Sudah dua hari aku tidak makan,” jawab hantu kecil itu.

Hantu-hantu kembali saling berpandangan. Hantu yang mengenakan handuk dan sikat gigi masih di mulutnya, mengangakan mulutnya menyebabkan sikat gigi terjatuh dari mulutnya. Hantu-hantu yang sedang merokok membuang rokok mereka serentak. Hantu yang hanya mengenakan celana pendek menaikan celananya sampai ke atas pusar. Begitu juga hantu-hantu yang lain heran mendengar jawaban hantu kecil itu.

“Dua hari dikau tidak makan?” tanya hantu bercelana pendek tanpa baju.

“Ini penghinaan terhadap hantu dapur,” celetuk hantu yang lain

“Ya, selama ini hantu dapur tidak pernah kelaparan,” tambah hantu yang lain pula.

“Dia harus dihukum pancung!” teriak salah satu hantu yang membuang rokoknya, dan dibenarkan oleh hantu-hantu dapur yang lain.

“Tunggu dulu!” teriak hantu dapur yang agak tua menenangkan warga hantu dapur. “Kita belum tahu apa permasalahan yang sedang dihadapi hantu kecil ini, sehingga ia tidak makan selama dua hari.”

“Tidak bisa! Dia telah menjatuhkan reputasi hantu dapur di muka bumi ini! Dan dia harus dihukum mati!” kata hantu dapur agak muda yang berpakaian agak rapi dengan yakin.

“Betul! Kalau perlu malam ini juga kita hukum hantu kecil ini, sebelum hantu-hantu yang tidak sejenis dengan kita mengetahui peritiwa yang memalukan ini,” tambah hantu yang lain.

“Setujuuuuu!” teriak hantu-hatu dapur serentak.

“Tenang! Tenang! Tenang!” teriak hantu yang agak tua dengan suara keras. Dan teriakan hantu yang agak tua itu berhasil menenangkan hantu-hantu yang lain. Suasana tenang, yang terdengar hanya suara tangisan hantu dapur kecil itu.

“Kalian jangan meniru perbuatan manusia yang hanya mampu menjatuhkan hukuman kepada yang lemah! Kita ini kaum hantu yang memiliki hati nurani yang memunculkan kasih sayang sesama hantu, sehingga tidak terjadi pertumpahan darah sesama kita! Dalam undang-undang kita jelas menyatakan bahwa kita berkewajiban melindungi hantu dapur yang lemah seperti kita melindungi diri kita sendiri. Dan kita tidak dibenarkan menghakimi hantu dapur lemah tanpa usul periksa. Untuk itu, saya tegaskan bahwa hantu kecil ini dibebaskan tanpa persyaratan!” kata hantu dapur yang agak tua dengan semangat muda.

Hantu-hantu dapur yang lain terdiam. Mereka kehilangan kata-kata untuk membalas kata-kata hantu dapur yang agak tua itu yang seperti peluru berlomba masuk ke telinga mereka. Mereka pasrah, bagaimanapun juga hantu dapur yang agak tua itu lebih berpengalaman dibandingkan dengan hantu-hantu dapur yang berada di situ.

Melihat hantu-hantu dapur yang lain terdiam, hantu dapur yang agak tua itu seperti berada di atas angin. Ia melihat satu persatu wajah hantu-hantu yang lain tidak bereaksi, ia tersenyum menang. Dengan bangga ia menganggukkan kepalanya sambil berdehem.

“Kita ini hantu dapur terkenal dengan kemakmuran. Segala makanan telah tersedia di dapur. Kita tinggal melahapnya. Jadi tidak sepantasnya, apabila ada di antara kita mengalami kesusahan kita menjatuhkan hukuman mati terhadap saudara kita sendiri. Itu tidak adil,” kata hantu dapur yang agak tua itu wibawa.

“Tapi bagaimana kalau peristiwa memalukan ini diketahui hantu-hantu yang tidak sejenis dengan kita?” hantu dapur yang agak berpakaian rapi bertanya kepada hantu yang agak tua.

“Tutup mulut kalian yang hadir di sini. Itulah satu-satunya cara. Peristiwa ini tidak akan pernah dikatahui hantu yang lain, seandainya peristiwa ini kalian kubur dalam jiwa kalian masing-masing. Anggap saja peristiwa ini tidak pernah terjadi. Kelemahan manusia adalah mereka tidak mampu menutup aib saudara mereka sendiri. Hal ini disebabkan mereka hanya memikirkan kesenangan sendiri, dan ingin mendapat tempat di antara manusia lainnya. Jangan, jangan sesekali kita menyerumus saudara sendiri hanya karena untuk kesenangan pribadi. Ke laut kita sama karam, ke gunung kita sama jatuh, itulah petuah hantu dapur sejak dari nenek moyang kita dahulu,” hantu dapur yang agak tua semakin percaya diri. Sementara hantu-hantu dapur yang lain terdiam meresapi kata-kata hantu dapur yang agak tua itu.

Suasana hening. Kesunyian merayap pasti di antara hantu-hantu dapur. Mereka betul-betul terkesima dengan kata-kata hantu dapur yang agak tua itu. Selama ini, hantu-hantu dapur yang usia beranjak menjadi hantu dapur tua, rata-rata di bawah usia hantu dapur yang agak tua itu, tidak pernah mendapat sirami rohani seperti ini. Kini mereka percaya bahwa setiap peristiwa, walaupun peristiwa itu pahit, adalah pengalaman berharga.


Siapa mampu, hantu dapur pun sekali tidak akan mampu, memastikan waktu di depan akan sama dengan waktu kini? Keheningan, kesunyian, tiba-tiba berubah menjadi hiruk-pikuk disaat hantu dapur kecil berteriak kembali.

“Aku lapaaaaarrrrr!”

Hantu-hantu dapur yang berada di rumah itu, termasuk hantu dapur yang agak tua, lari tunggang-langgang. Mereka tidak mau menjadi saksi peristiwa memalukan hantu dapur itu. Sambil lari tunggang-langgang menjahui rumah itu, hantu dapur yang berpakaian agak rapi bertanya kepada hantu dapur yang agak tua.


“Apakah dalam undang-undang kita diatur juga, bahwa kalau ada hantu kecil berteriak lapar, kita harus lari?†

Hantu yang agak tua menjawab singkat “No coment”. Dan mereka pun terus lari tunggang-langgang ke rumah masing-masing.
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook

Misteri si Kunti

Diposting oleh Azhar Dimas A | | 0 komentar |

Waduh kemaleman lagi neh. Kebut aja deh. Tambah gas. Ga beres Bos Jarot nih. Lembur nggak tanggung-tanggung. Ini sih kerja rodi namanya, bukan lembur. Segala nyetir keluar kota mesti aku yang diutus, weleeh. Yang laen kan bisa? Huh!

Dah hampir tengah malem pula. Untung jalanan dah sepi. Bisa geber abis gasku. Baru kali ini aku lega karena ga ikutan modif knalpotku. Wahaha. Bayangin aja kalo sepi gini tiba-tiba suara cempreng knalpot membahana. Weks, orang tidur bisa langsung mati kali, kena serangan jantung.

Nah tuh dia udah hampir sampai jembatan rubuh. Haha. Ya iyalah rubuh. Mana ada jembatan berdiri. Ga bisa lewat dong kita? Mo langsung vertikal ke langit?

Duh jadi deg-degan deh. Asem! Gara-gara si Bos nih, tengah malem gini malah harus lewat di jembatan Ancol...wehehe saking seremnya jadi dinamain kayak jembatannya Si Manis tuh.

Kata Gombing sih, jangan liat spion deeh. Lah kalo emang hantu... kan ga bisa diliat dari cermin kan? Ehm, mitos aja kali.

Aduk Mak...tuh dia jembatannya dah muncul. Semoga ga ada apa-apa yang muncul. Aduh Noy...napa juga sih kamu pulang, napa ga nginep di kantor aja sih. Ntar kalo ketemu setan gimana nih.

Kinoy komat-kamit merapal segala macem doa yang terlintas di kepalanya. Dan dengan segala ketakutan yang membuat kuduknya meremang, Kinoy bukannya menancap abis gas motornya, dia malah merenggangkan genggamannya pelan-pelan. Seperti ada daya tarik magis saat dia semakin mendekat ke jembatan itu. Kinoy pun tak tahu kenapa.

Jembatan itu cukup lebar. Selebar jalan raya ini. Pohon-pohonan di tiap sampingnya menambah seram suasana. Cukup rimbun. Bambu-bambu yang tinggi, tunas-tunasnya ramai memucuk. Apalagi dekat daerah persawahan yang luas itu, sepinya semakin menggigit. Gesekan dedaunan melantunkan simfoni malam yang menyayat. Melengkapi suasana horor di hati Kinoy.

Begitu sampai di pertengahan jembatan, Kinoy malah menghentikan sama sekali mesin motornya. Benar-benar ga masuk akal. Katanya takut. Katanya horor, lha kok malah madheg jegreg.

Kinoy menatap heran ke samping kiri jalan, tanpa horor sedikitpun, pada perempuan setengah baya yang duduk di pagar jembatan, yang menatap balik padanya. Pandangan matanya sendu. Sedih. Mengharap. Tapi juga... putus asa. Kinoy merasa sakit untuknya. Untuk beberapa saat mereka hanya berpandangan.

Cantik, batin Kinoy. Tapi sedih sekali. Kasihan sekali. Rasanya aku ingin ke sana merengkuhnya. Blus sutera biru laut dan rok hitam panjang itu sesuai banget buat wajah cantik yang sedih itu. Rambut ikal sebahu yang hitam membingkai wajah ovalnya yang pucat.

“Kamu Kinoy,” suara gadis itu, ringan, bening mendenting. Memecah hening malam, menyela gemerisik daun-daun rimbun.

Kalimat itu bukan bertanya, pikir Kinoy. Hanya menegaskan. Dia sudah tahu namaku. Darimana? Ha ha, jadi berasa seleb deh.

Jadi Kinoy hanya mengangguk sekali. Dia tak merasa perlu untuk mempertanyakan darimana gadis itu tahu namanya.

“Kamu?”, tanya Kinoy, masih terpesona.

Gadis itu tersenyum, membuka sedikit bibirnya, memperlihatkan sederet gigi miji timun yang putih bersih. “Kunti.”

“Kunti...as in...Dewi Kunti, istri Pandu Dewanata? Nama yang cantik.” Kinoy menimpalinya pelan. Dan dalam hatinya dia menyambung, “Dan nama yang membawa nasib yang menyedihkan. Bunuh diri, membakar diri, untuk menemani sang suami yang mati duluan.” Dan mengapa nama itu sepertinya pas banget buat Kunti, seolah dia memang bernasib sesedih itu? Benak Kinoy penuh tanya, tapi tak dilontarkannya. Kinoy hanya berharap mereka masih bisa terus bicara. Memandangnya dan bicara dengannya bagai sebuah kemewahan yang indah bagi Kinoy.

Kunti hanya tersenyum sedih mendengar komentar Kinoy tentang namanya. Gigi-giginya kembali bersembunyi dalam bibir tipisnya.

“Kau tak berpikir namaku Kunti...as in... Kuntilanak.” Tiba-tiba Kunti menyeringai.
Nampak gigi taringnya yang putih. Tetap cantik. Tapi... jahat!

Seperti melayang, Kunti tiba-tiba mencekik Kinoy. Jantung Kinoy berdegup kencang. Kaki-kakinya gemetar. Rasa kagum bercampur dengan takut. Kagum sekaligus takut pada si cantik nan beringas mengerikan. Cantik, kuat, jahat.

“Akkk.. Kau.. mau bunuh aku??”, serak Kinoy bertanya serak, pasrah tanpa bisa membela diri.

Kunti tersenyum miring, sinis,”Mudah saja buatku melakukannya, kau tahu.” Lalu dia merenggangkan cengkeramannya. Kunti tertawa pelan, “Bahkan kau tak bertanya sedikit pun tentang tempat dan waktuku muncul di hadapanmu. Naif sekali, Kinoy.”

Tergagap, Kinoy menegakkan kakinya yang limbung, “Jadi kau...kuntilanak, bukankah seharusnya kau lebih menyeramkan, maksudku...kau...cantik.”

“Kami jin, atau makhluk halus, atau lelembut, terserah bagaimana kau menyebutnya... kami bisa mengubah bentuk kami sesuka kami. Mungkin kau pernah dengar cerita tentang seorang istri yang tidur dengan suaminya yang mendadak batal pergi ke luar kota? Seminggu kemudian suaminya datang dari kota, sangat rindu bercinta dengannya, sedangkan si istri tak merasa sekangen itu, karena suaminya bersamanya terus semingguan itu.”

Perubahan wajah Kinoy seperti mewakili pemahaman barunya. Pelan tapi pasti pemahaman itu merasuki kesadarannya. Jadi itu sebabnya, batin Kinoy, mengapa pasutri yang mau bercinta kudu berdo’a dulu. Agar tak ada jin yang ikutan nebeng? Wah, kalo saja aku punya sedikit kemampuan jin gendruwo itu, pikirnya nakal. Hush! Sergah sisi batinnya yang lain. Oke, fokus ke si Kunti cantik ini.

“Jadi, ini bukan wujud aslimu?”, tanya Kinoy.

“Hmmh, kalian manusia tak kan pernah tahu,” senyum misterius kembali menyulam bibir pink itu.

“Oke...kalo gitu Kunti, apa yang kau lakukan disini? Mencari korban untuk...apa?” Kinoy tak tahu apa tepatnya korban bagi lelembut cantik ini.

“Aku sudah lama ngikutin kamu, Noy. Karena aku terkesan padamu. Kamu orang yang...baik,” Kunti membuat pengakuan itu. “Aku hanya ingin ngobrol saja denganmu. Boleh kan?” pinta Kunti.

“Aku...lebih dari senang bisa ngobrol sama kamu juga,” aku Kinoy, tersipu, tersanjung. Gila! Baru saja dia lolos dari cengkeraman tangan Kunti yang super itu, dan sekarang...tersanjung karena Kunti... ingin...ngobrol. I must be crazy! Teriak Kinoy dalam hati.

“Yah, sampai ketemu lagi, kapan-kapan,” kata Kunti. “Mungkin saja aku tiba-tiba ada di kantormu, jadi jangan kaget ya.”

Enggan pergi meninggalkan Kunti, Kinoy bertanya lagi,”Mmm, dimana kau tinggal, Kunti?” Dan Kinoy merasa itu adalah pertanyaan yang bodoh. Tentu saja di kuburan kan, pikirnya. Damn!

“Pasti kau memikirkan tempat sepi macam kuburan sebagai rumahku kan? Atau sebuah puri atau kastil yang menyepi dari keramaian? Rumah kami, para jin, ada di tempat yang berbeda dari dimensi kalian. Kami bisa melihat kalian dari tempat kami, tapi kalian tak bisa melihat kami.” Jawab Kunti misterius.

Kinoy cuma melongo mendengarnya. Tak bisa membayangkan sedikitpun dunia para makhluk halus. “Oooh, oke. Kalo gitu... sampai ketemu lagi ya.” Ragu-ragu dia kembali ke motornya. Berjalan mundur sambil memperhatikan Kunti. Menancapkan memori tentang wajah dan rambut ikal itu. Melambaikan tangannya pada Kunti, Kinoy memasang jaket dan kacamata hitamnya. Lalu melihat ke arah Kunti lagi.

“Pergilah,” kata Kunti agar Kinoy bisa lebih legowo untuk pulang malam itu. Lalu sepeda motor itu melesat memecah hening malam.

****
Wow. Aku bertemu dengan gadis tercantik, teranggun di dunia...dan ternyata dia dari jenis makhluk yang berbeda. Duuh, nasib... nasib. Hmm, I wonder... apa aku bisa menikah dengan jin? Aku sama sekali ngga pernah berpikir tentang ini. Apakah ini mustahil? Dan lebih lucu lagi karena dia juga, kelihatannya siih, dia juga suka padaku. Ge er kah aku? Kayaknya aku udah mulai gila nih. Ge er ditaksir oleh jin cantik. Kayak di film Jeanny oh Jeanny saja.

Kalo aku ceritain ini sama Bos Jarot, apa doi bakal percaya ya? Aku bener-bener butuh second opinion nih. Siapa tahu doi kenal seseorang yang ngerti hal ghoib beginian.

***
“Noy. Nih, tolong anter file ini ke Pak Bupati ya. Sekalian kamu yakinkan beliau untuk menerima usulan proyek kita.”

“Oh. Oke Bos. Kamu sendiri ngga mau ketemu si Bapak toh? Bukannya kemaren kamu bilang ada janji sama beliau?”

“Ngga bisa, Noy. Aku harus nunggu klien setengah jam lagi. Penting mereka ini. Makanya, kamu aja yang ke sana ya. Ngga pa-pa kan?”

“Woke kalo gitu... Ngg, Bos, manusia ama jin tuh bisa nikah ngga sih? Kamu tahu tentang ini ngga?”

“Haa?” Bengong Bos Jarot mendengar pertanyaan yang tiba-tiba itu. Entah karena tiba-tiba ditanya atau karena pertanyaannya yang aneh. Tiba-tiba Jarot tertawa ngakak. Cukup lama. Dia tertawa sampai perutnya sakit dan mata nrocoh, terbit air matanya. Setelah mereda tawanya dia baru bisa ngomong,”Kesambet setan mana sih kamu, Noy? Tumben-tumbenan nanya pernikahan. Jin lagi pasangannya. Jangan kau kira aku bakal terkibuli dengan gaya nanya yang SOK nyantei itu.” Jarot menyipitkan matanya menatap mata Kinoy. Mengebor kedalamannya seolah dengan begitu semua kebenaran di hati Kinoy akan terpampang.

Bahu Kinoy berjengit sedikit mendengar betapa sobatnya yang juga bosnya itu sangat mengenalnya sampai tahu maksud pertanyaan santai tapi seriusnya. Dan dia semakin nervous dengan pencarian Jarot ke dalam matanya. Damn! Aku seperti anak ayam yang ngga mungkin nantang diadu dengan Si Jago. Tapi jelas Jarot ngga percaya kalo aku bilang sekedar penasaran sama gosip tentang orang yang nikah sama jin. Emang bukan kebiasaanku ngomongin gosip. Bleh!

“Jadi? Apa kau bener-bener kesambet setan? Apa karena ngotot pulang tengah malem kemaren?”

Tersenyum kecut, Kinoy mengangkat bahunya.

“Yaa ampuun. Dimana? Gimana? Ceritain... selengkap-lengkapnya. Tapi nanti. Ini klien udah mau datang. Oke, Noy?”

“Hhh, woke..woke... .” Sambil ngeloyor ke parkiran deket lobi kantor. Dasar otoriter! Rutuk Kinoy dalam hati. Ah, sudahlah ntar diceritain apa adanya aja deh. Nothing to loose ini.

Di parkiran, Kinoy terlonjak kaget saat mau menstarter motornya. Hampir saja dia menubruk Kunti.

“Wew, Kunti. Kau bener-bener muncul di siang bolong. Wah..wah..,” girang Kinoy melihatnya. “Tapi ngga apa-apa nih kalau ada orang lain lihat kamu?” tanyanya, tidak setuju dengan kemunculan Kunti di tempat publik, sambil celingukan takut ada orang lain memergoki keberadaan Kunti.

“Hanya orang yang kami kehendaki yang bisa melihat kami. Aku aman.” Geli, Kunti tersenyum melihat polah Kinoy. “Aku dibonceng ya, Noy.”

“Bukankah kau bisa terbang atau teleport atau semacam itu? Atau jin jaman sekarang suka pake ojek?” ledek Kinoy sambil nyengir kuda, padahal hatinya berbunga-bunga karena akan membonceng cewe cantik, walaupun ngga bisa pamer ke siapapun. Karena ngga akan ada yang lihat Kunti.

“Atau kau saja yang kugendong sambil terbang, hm?” tantang Kunti.

Kinoy melongo, lalu memutar bola matanya ke atas. “Woke, sini aku boncengin.”

Motor melaju membelah arus lalu lintas yang cukup padat dan panas. Tapi semua itu tak sanggup merusak mood Kinoy dan Kunti. Mereka terlalu asyik bertukar kata.

Asyik sekali hari, gumam Kinoy. Ngebut sekenceng ini dan ngga nabrak apapun.
Kayaknya jalan raya yang padat ini gampang aja buat motorku. Nyelip ke tengah keramaian, tapi tetap melaju dengan mulus. This is awesome! Ini ngga nyata. Aku yakin itu. Pasti karena boncengin Kunti. Jin bisa melakukan ini kan. Pasti. Supranatural. Uh! Kereen, hati Kinoy bersorak.
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook
Postingan Lama → Beranda
Rss: Top

Statistik

Siapa Dimas

Foto Saya
Azhar Dimas A
Depok, Jawa Barat, Indonesia
Tjuma Mahasiswa Absurd,Blogger,Chinese & Dota Addict penikmat cerpen-cerpen horor,dan sangat menyukai hal-hal gila,hobi banget menghina orang dan ketawa.
Lihat profil lengkapku

Entri Populer

  • CERPEN BERDARAH
    Berawal dari sebuah mesin ketik tua, kematian demi kematian terjadi secara misterius. Safira, 28 tahun, gadis lajang yang dijuluki Gadis ...
  • CERITA HANTU DI SMK 14 Bandung
    Nah, waktu itu bres dibagi rapot gitu, jadi jam 9an juga udah pulang. Zip, sama2 temen zip punya rencana buat maen ke SMK 14 ( SMKI) Bandung...
  • Cerpen Horor-buku harian dan pena kematian
    Hari itu,,aku & ketiga sahabatku,,; Niko,Tomy,dan Rista sedang membahas tugas kelompok di sebuah perpustakaan tua yang tidak jauh d...

Blog Archive

  • ▼  2011 (52)
    • ▼  Desember (4)
      • Cerita Horor di Perkemahan Cibubur
      • Penunggu Bis Berdarah
      • Hantu Dapur
      • Misteri si Kunti
    • ►  November (48)
 
Coretan Dimas dan Hal Gila Lainnya Copyright © 2010 | blogger template by Dzignine.com
based on WP theme by WPThemerz.com
home | Entries (rss) | Comments (RSS)