Hantu Dapur seperti manusia biasa juga. Ia hidup berkelompok, dan memiliki saudaramara, alias keluarga. Ada yang dipanggil emak, ebah dan anak. Pada malam itu, di suatu rumah, hantu dapur hidup di rumah yang juga didiami oleh manusia, terdengar suara perkakas dapur berjatuhan dilempar ke lantai. Seorang atau lebih tepatnya hantu kecil jantan menangis di jendela dapur yang terbuka. Badan hantu kecil itu kurus kering, rambutnya hampir botak dan keriting. Air mata tidak putus-putus membasahi pipinya. Sementara perkakas dapur berserak di lantai. Hantu kecil itu terus saja menangis, tidak ada yang membujuknya.
Sesekali ia menatap perkakas dapur, lalu meraung sejadi-jadinya. “Payah, terlahir dari rahim hantu tua (maksudnya orang tua) yang miskin dan papa-kedana. Hendak makan saja susah,†hantu kecil itu bersungut sambil terus menangis. Badannya yang kurus kering bergoyang semua. Dada yang tinggal tulang-tulang berbalut kulit, bergerak cepat mengikuti irama tangisan yang keluar dari mulutnya.
Hantu kecil itu memegang perutnya. Ia tidak tahan lagi menahan lapar. Bibirnya yang kering digigit kuat-kuat, lalau ia berteriak “Aku lapaaaarrrrr!†Teriakannya keras`sekali (tentu saja teriakannya tidak terdengar oleh manusia, kalau dengar, hi…takut) menyebabkan hantu-hantu dapur jirannya terkejut dan berlarian menuju ke rumah hantu kecil itu.
Hantu-hantu dapur berkumpul di rumah hantu kecil itu dengan menggunakan penutup tubuh seadanya. Ada berkemban kain saja, ada yang memakai celana pendek tanpa baju, dan ada juga yang hanya mengenakan handuk dan sikat gigi masih di mulutnya. Hantu-hantu itu saling berpandangan, bertanya satu dengan yang lainnya. Masing-masing tidak dapat menjawab, apa yang sedang terjadi.
Salah satu hantu dapur agak muda, yang berpakaian agak rapi, dengan baju masuk ke dalam celana (mungkin mau berkunjung ke rumah pacarnya) menunjuk ke arah jendela. Hantu-hatu lain seperti dikomandoi melihat serentak ke arah jendela tersebut. Mereka melihat hantu kecil sedang menangis sambil memegang perutnya. Hantu-hantu kembali saling berpandangan. Salah satu hantu agak tua menghampiri hantu kecil itu.
“Kenapa dikau berteriak macam kemasukan manusia?†tanyanya.
“Aku lapar. Sudah dua hari aku tidak makan,†jawab hantu kecil itu.
Hantu-hantu kembali saling berpandangan. Hantu yang mengenakan handuk dan sikat gigi masih di mulutnya, mengangakan mulutnya menyebabkan sikat gigi terjatuh dari mulutnya. Hantu-hantu yang sedang merokok membuang rokok mereka serentak. Hantu yang hanya mengenakan celana pendek menaikan celananya sampai ke atas pusar. Begitu juga hantu-hantu yang lain heran mendengar jawaban hantu kecil itu.
“Dua hari dikau tidak makan?†tanya hantu bercelana pendek tanpa baju.
“Ini penghinaan terhadap hantu dapur,†celetuk hantu yang lain
“Ya, selama ini hantu dapur tidak pernah kelaparan,†tambah hantu yang lain pula.
“Dia harus dihukum pancung!†teriak salah satu hantu yang membuang rokoknya, dan dibenarkan oleh hantu-hantu dapur yang lain.
“Tunggu dulu!†teriak hantu dapur yang agak tua menenangkan warga hantu dapur. “Kita belum tahu apa permasalahan yang sedang dihadapi hantu kecil ini, sehingga ia tidak makan selama dua hari.â€
“Tidak bisa! Dia telah menjatuhkan reputasi hantu dapur di muka bumi ini! Dan dia harus dihukum mati!†kata hantu dapur agak muda yang berpakaian agak rapi dengan yakin.
“Betul! Kalau perlu malam ini juga kita hukum hantu kecil ini, sebelum hantu-hantu yang tidak sejenis dengan kita mengetahui peritiwa yang memalukan ini,†tambah hantu yang lain.
“Setujuuuuu!†teriak hantu-hatu dapur serentak.
“Tenang! Tenang! Tenang!†teriak hantu yang agak tua dengan suara keras. Dan teriakan hantu yang agak tua itu berhasil menenangkan hantu-hantu yang lain. Suasana tenang, yang terdengar hanya suara tangisan hantu dapur kecil itu.
“Kalian jangan meniru perbuatan manusia yang hanya mampu menjatuhkan hukuman kepada yang lemah! Kita ini kaum hantu yang memiliki hati nurani yang memunculkan kasih sayang sesama hantu, sehingga tidak terjadi pertumpahan darah sesama kita! Dalam undang-undang kita jelas menyatakan bahwa kita berkewajiban melindungi hantu dapur yang lemah seperti kita melindungi diri kita sendiri. Dan kita tidak dibenarkan menghakimi hantu dapur lemah tanpa usul periksa. Untuk itu, saya tegaskan bahwa hantu kecil ini dibebaskan tanpa persyaratan!†kata hantu dapur yang agak tua dengan semangat muda.
Hantu-hantu dapur yang lain terdiam. Mereka kehilangan kata-kata untuk membalas kata-kata hantu dapur yang agak tua itu yang seperti peluru berlomba masuk ke telinga mereka. Mereka pasrah, bagaimanapun juga hantu dapur yang agak tua itu lebih berpengalaman dibandingkan dengan hantu-hantu dapur yang berada di situ.
Melihat hantu-hantu dapur yang lain terdiam, hantu dapur yang agak tua itu seperti berada di atas angin. Ia melihat satu persatu wajah hantu-hantu yang lain tidak bereaksi, ia tersenyum menang. Dengan bangga ia menganggukkan kepalanya sambil berdehem.
“Kita ini hantu dapur terkenal dengan kemakmuran. Segala makanan telah tersedia di dapur. Kita tinggal melahapnya. Jadi tidak sepantasnya, apabila ada di antara kita mengalami kesusahan kita menjatuhkan hukuman mati terhadap saudara kita sendiri. Itu tidak adil,†kata hantu dapur yang agak tua itu wibawa.
“Tapi bagaimana kalau peristiwa memalukan ini diketahui hantu-hantu yang tidak sejenis dengan kita?†hantu dapur yang agak berpakaian rapi bertanya kepada hantu yang agak tua.
“Tutup mulut kalian yang hadir di sini. Itulah satu-satunya cara. Peristiwa ini tidak akan pernah dikatahui hantu yang lain, seandainya peristiwa ini kalian kubur dalam jiwa kalian masing-masing. Anggap saja peristiwa ini tidak pernah terjadi. Kelemahan manusia adalah mereka tidak mampu menutup aib saudara mereka sendiri. Hal ini disebabkan mereka hanya memikirkan kesenangan sendiri, dan ingin mendapat tempat di antara manusia lainnya. Jangan, jangan sesekali kita menyerumus saudara sendiri hanya karena untuk kesenangan pribadi. Ke laut kita sama karam, ke gunung kita sama jatuh, itulah petuah hantu dapur sejak dari nenek moyang kita dahulu,†hantu dapur yang agak tua semakin percaya diri. Sementara hantu-hantu dapur yang lain terdiam meresapi kata-kata hantu dapur yang agak tua itu.
Suasana hening. Kesunyian merayap pasti di antara hantu-hantu dapur. Mereka betul-betul terkesima dengan kata-kata hantu dapur yang agak tua itu. Selama ini, hantu-hantu dapur yang usia beranjak menjadi hantu dapur tua, rata-rata di bawah usia hantu dapur yang agak tua itu, tidak pernah mendapat sirami rohani seperti ini. Kini mereka percaya bahwa setiap peristiwa, walaupun peristiwa itu pahit, adalah pengalaman berharga.
Siapa mampu, hantu dapur pun sekali tidak akan mampu, memastikan waktu di depan akan sama dengan waktu kini? Keheningan, kesunyian, tiba-tiba berubah menjadi hiruk-pikuk disaat hantu dapur kecil berteriak kembali.
“Aku lapaaaaarrrrr!â€
Hantu-hantu dapur yang berada di rumah itu, termasuk hantu dapur yang agak tua, lari tunggang-langgang. Mereka tidak mau menjadi saksi peristiwa memalukan hantu dapur itu. Sambil lari tunggang-langgang menjahui rumah itu, hantu dapur yang berpakaian agak rapi bertanya kepada hantu dapur yang agak tua.
“Apakah dalam undang-undang kita diatur juga, bahwa kalau ada hantu kecil berteriak lapar, kita harus lari?â€
Hantu yang agak tua menjawab singkat “No comentâ€. Dan mereka pun terus lari tunggang-langgang ke rumah masing-masing.
0 komentar:
Posting Komentar